
Pertandingan satu lawan satu pada Pilihan Raya Kecil (PRK) Dewan Undangan Negeri (DUN) Kuala Kubu Bharu mungkin tidak akan berlaku dengan calon Bebas yang bertanding sebagai protes. Menurut seorang penganalisis, situasi ini merupakan suatu yang tidak dapat dielakkan dalam PRK mana pun terutama dengan perubahan persempadanan semasa yang berlaku pada 2018. Khairul Ariffin Munir dari Institut Darul Ehsan (IDE) menyatakan bahwa kemungkinan lebih dari dua calon akan bertanding terutama berkaitan dengan faktor komposisi kaum. Jika kedua blok parti utama, Pakatan Harapan (PH) dan Perikatan Nasional (PN) menurunkan calon Melayu maka kemungkinan akan ada calon dari kaum India atau Cina yang juga akan bertanding.
Menurutnya, situasi ini berkaitan dengan sejarah dan komposisi calon secara keseluruhan di peringkat negeri. PRK DUN Kuala Kubu Bharu menjadi penting bagi kedua blok parti, baik PH-BN maupun PN (PAS-BERSATU-GERAKAN) untuk memperlihatkan dukungan rakyat terhadap situasi politik saat ini. Komposisi kaum di kawasan tersebut adalah Melayu 51%, India 17% dan Cina 36%. Meskipun kawasan ini sebelumnya dikenal sebagai kawasan Cina, sekarang telah menjadi dominan Melayu setelah persempadanan baru pada 2018. Hal ini memunculkan pertimbangan baru bagi parti politik dalam menentukan calon.
Selain itu, masyarakat India juga menekankan pentingnya memiliki wakil di DUN Selangor. Khairul Ariffin menekankan bahwa PRK membawa dinamika politik yang berbeda dari Pilihan Raya Umum (PRU) biasa. Pertimbangan terhadap calon Melayu menjadi penting mengingat komposisi kaum saat ini. Meskipun DAP tetap menominasikan calon Cina, hal ini juga dapat dilihat sebagai penghargaan terhadap basis penggemar setia partai tersebut. Pencalonan calon Cina juga memperhatikan hubungan dekat calon tersebut dengan penduduk lokal terutama pemilih Cina. Meskipun demikian, masih ada isu terkait dukungan pemilih Melayu untuk PH.
